Jakarta - Komisi VII DPR RI berencana akan memanggil PT
Pertamina (Persero) terkait kerugian penjualan BBM jenis Premium. Adapun
kerugian yang ditanggung Pertamina mencapai Rp 15,2 triliun.
"Besok kita rencana ada rapat internal untuk memanggil Pertamina dan
juga menteri ESDM," ujar Anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian dalam
Diskusi Energi Kita yang digelar merdeka.com, RRI, IJTI, IKN, DML dan
Sewatama di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (13/12).
Menurut dia, pihaknya akan mempertanyakan soal kerugian dari BUMN
migas tersebut. "Kalau mereka ada rugi kok ke publik rugi, memang di
sektor mana," jelas dia.
Direktur Energy Watch, Ferdinand Hutahaean menambahkan pemerintah
perlu meneliti kerugian yang ditanggung Pertamina. Sebab, bisa saja
Pertamina merekayasa kerugian.
"Perlu meneliti klaim ruginya dari sektor mana, cermati jual beli bbm
atau sektoral jangan-jangan sektor lain tapi jual beli BBM untung, ini
secara global atau sektoral saja," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina mengaku penjualan Premium masih
merugi sekitar Rp 12-Rp 15 triliun. Itu menjadi dasar pihaknya tak
kunjung menurunkan harga Premium mengikuti kemorosotan harga minyak
dunia.
"Bahwa sejak sekitar Mei, kami tidak ada perubahan atau tidak ada
penyesuaian. Nah ini yang harus kami perhitungkan. Kami sudah lakukan
exercise dengan harga rata rata yang sebulan saja," ujar Direktur Utama
Pertamina, Dwi Soetjipto di kantornya, Jakarta, Jumat (28/8).
Seharusnya, kata Dwi, premium di jual seharga Rp 8 ribu per liter.
Namun, Pertamina masih menjualnya seharga Rp 7.400 per liter sehingga
rugi Rp 600 per liter.
"Kami lihat lagi sebulan-dua bulan yang akan datang. Kalau memang
hasilnya hitungannya di bawah itu, tentu saja Pertamina akan menerima,"
jelas dia.
"Kalau solar sudah mulai untung. Kami lihat ya mana-mana saja yang sudah mulai untung. Kami berikan masukan kepada pemerintah."
0 comments:
POST A COMMENT