CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (Foto: Okezone)
JAKARTA - Harga komoditi
yang terjun bebas sepanjang 2015 dikhawatirkan dapat kembali membebani
ekonomi nasional pada 2016. Pasalnya, perekonomian China diperkirakan
akan kembali terkoreksi sejak kuartal I-2016.
Menanggapi hal ini, Chief Executive Officer (CEO) MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan bahwa ekonomi nasional saat ini sangat berbeda dengan perekonomian era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya, pada saat pemerintahan SBY ekonomi Indonesia terbantu oleh tingginya harga komoditas.
"Tapi Indonesia banyak berkahnya. Tahun 2000-an komoditi itu meningkat pesat. Harga batu bara, pertambangan, sawit, tumbuh luar biasa. Jadi waktu zaman SBY itu tertolong dengan komoditas," ujar Hary Tanoe dalam acara Group and Economy Update di Halaman Gedung Global TV, Jakarta, Selasa (12/1/2016).
Untuk itu, lanjutnya, saat ini sudah tidak relevan apabila pemerintah Indonesia masih berharap terhadap ekspor komoditas. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga di atas lima persen, pemerintah seharusnya mampu lebih kreatif untuk membangkitkan industri dalam negeri agar dapat berkembang sebagai penopang ekonomi domestik.
"Komoditas tidak bisa kita pandang sebagai andalan lagi karena turun luar biasa," tandasnya.(er)
Menanggapi hal ini, Chief Executive Officer (CEO) MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan bahwa ekonomi nasional saat ini sangat berbeda dengan perekonomian era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya, pada saat pemerintahan SBY ekonomi Indonesia terbantu oleh tingginya harga komoditas.
"Tapi Indonesia banyak berkahnya. Tahun 2000-an komoditi itu meningkat pesat. Harga batu bara, pertambangan, sawit, tumbuh luar biasa. Jadi waktu zaman SBY itu tertolong dengan komoditas," ujar Hary Tanoe dalam acara Group and Economy Update di Halaman Gedung Global TV, Jakarta, Selasa (12/1/2016).
Untuk itu, lanjutnya, saat ini sudah tidak relevan apabila pemerintah Indonesia masih berharap terhadap ekspor komoditas. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga di atas lima persen, pemerintah seharusnya mampu lebih kreatif untuk membangkitkan industri dalam negeri agar dapat berkembang sebagai penopang ekonomi domestik.
"Komoditas tidak bisa kita pandang sebagai andalan lagi karena turun luar biasa," tandasnya.(er)
0 comments:
POST A COMMENT