Merosotnya harga minyak dunia hingga menyentuh
level USD 34 per barel membuat pemerintah Indonesia bereaksi. Salah
satunya adalah dengan melakukan evaluasi terhadap harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) jenis Premium.
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, I Gusti
Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan, pemerintah akan kembali mengevaluasi
harga Premium awal tahun depan. Dia memberi sinyal harga Premium akan
diturunkan.
"InsyaAllah bisa turun, nanti pak menteri yang menjelaskan. Tapi
sudah kita hitung, sudah kita analisis, sudah kita tentukan
parameter-parameternya," ujarnya kepada wartawan saat ditemui di Gedung
Utama Pertamina, Jakarta, Selasa (15/12).
"Ya Premium kan per 3 bulan ya. Itu tanggal 1 Januari itu kita akan evaluasi lagi," sambungnya.
Wirat menyebut, penurunan harga Premium akan berdampak baik untuk
perekonomian wilayah Indonesia Timur. "Penurunan harga BBM tentunya
membuat ekonomi Indonesia Timur lebih baik lagi. Harga lebih rata,"
pungkasnya.
Seperti diketahui, harga minyak dunia masih terus anjlok setelah OPEC
memutuskan tidak akan memangkas produksi meski pasokan melimpah. Harga
minyak dunia jatuh hampir ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir
atau sejak Februari 2009 silam.
Harga minyak anjlok 6 persen di perdagangan awal Desember lalu ke
level USD 37,50 per barel, atau nyaris menyentuh level terendah dalam 7
tahun terakhir. Melimpahnya pasokan menghantam harga minyak dari
puncaknya hampir USD 108 per barel pada Juni 2014 silam.
Anjloknya harga minyak dunia membebani pasar saham karena perusahaan
sektor energi tidak bisa bertahan. saham perusahaan besar seperti Exxon
Mobil Oil saja ikut turun karena rendahnya harga minyak dunia.
"Kepala saya berputar dan sangat pusing karena harga turun beberapa
hari terakhir. Ini sentimen mengerikan," ucap kepala peneliti Societe
Generable, Mike Wittner seperti dilansir CNN, Rabu (9/12).
Harga minyak dunia merosot karena pasar saat ini kelebihan pasokan.
Selain itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya China juga
memperparah keadaan karena permintaan terus menurun.
Pada pertemuan OPEC di Wina, pekan lalu, Organisasi Negara-negara
Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan menentang pengurangan produksi untuk
menaikkan harga.
OPEC, yang anggotanya secara bersama-sama memproduksi lebih dari
sepertiga minyak dunia, saat ini memproduksi di atas target resmi dari
30 juta barel per hari, meskipun pasokan minyak mentah global yang
membanjir telah terus-menerus memukul harga selama lebih dari setahun.
"Harga minyak mentah tidak diragukan lagi tertekan oleh kurangnya
kesepakatan di OPEC, menandakan bahwa kelebihan pasokan akan bertahan
lebih lama," kata Bernard Aw, analis pasar di IG Markets.
0 comments:
POST A COMMENT