JAKARTA - Indonesia selalu terjebak pada zona
nyaman. Hal ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa
waktu terakhir ini cenderung melambat.
CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo menjelaskan, padahal negara lain
pernah menyebut Indonesia sebagai negara macan Asia, namun Indonesia
melupakan pembangunan infrastruktur, menyiapkan pendidikan hingga
birokrasi yang baik. Hal ini dikarenakan, Indonesia selalu terjebak pada
zona aman.
Dirinya menceritakan soal struktur ekonomi nasional pada era 1970-an
diwarnai dengan kekuatan Indonesia sebagai produsen minyak. Kala itu,
produksi minyak Indonesia berlimpah. Indonesia pun menjadi negara
eksportir minyak, serta masuk menjadi anggota Organization of Petroleum
Exporting Countries (OPEC).
"Kita kelebihan minyak, kita ekspor, kita tertolong. Waktu itu
pertumbuhan ekonomi tumbuh Tapi enggak persiapkan processing dengan
baik," tegasnya saat acara Group & Economy Update di MNC News
Center, Jakarta, Senin (11/1/2016).
Sedangkan pada 1980-an hingga 1990-an, kekuatan minyak di Indonesia
sudah menurun dan telah bergeser ke arah manufakturing dengan lahirnya
sektor industri. Hal ini pun yang mendasari tumbuhnya pembangunan pabrik
di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Namun karena Indonesia memiliki kelemahan dengan sering masuk di zona
nyaman. Indonesia lupa bahwa negara lain juga mempersiapkan diri dengan
memperkuat basis industrinya.
"Kita lupa negara lain, begitu lihat Indonesia sebagai macan Asia,
dia juga ingin coba memperkuat basis industrinya. Indonesia tidak
mempersiapkan, negara lain seperti China, Korea, Vietnam, mereka mencoba
memperbesar basis industri," papar Hary Tanoe.
Pada kondisi tersebut, Indonesia akhirnya kalah dan tidak bisa
bersaing dengan negara-negara lainnya yang mulai menunjukkan
keperkasaan. Sehingga, pada krisis keuangan 1998 Indonesia sangat
rentan.
"Banyak industri manufaktur pindah ke negara lain, dari situ mulai awal merosotnya kekuatan ekonomi nasional," ungkapnya.
Namun, Indonesia kembali diuntungkan dengan kekayaan sumber daya alam
(SDA) yang dimiliki. Pada 2000, harga komoditas di pasar global meroket
dan ekonomi Indonesia kembali tertolong.
"Tapi sekarang harga komoditas terus turun," tukasnya.
0 comments:
POST A COMMENT