Kudus - Kelompok yang
menyebut diri Gerakan Rakyat Solidaritas menuding perusahaan rokok PT
Nojorono menjual kembali limbah rokok mereka secara bebas. Tudingan ini
berdasarkan dari temuan barang bukti berupa satu karung campuran
tembakau serta cengkeh yang telah diberi rasa siap pakai.
"Ini merupakan praktik kotor perusahaan rokok agar tak rugi. Lalu kembali menjual rokok mereka yang sudah habis masa waktunya (expired)," ujar Koordinator Gerakan Rakyat Solidaritas, Soleh Isman, di ruang rapat kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kudus, Jawa Tengah, Jumat, 28 Agustus 2015.
Menurut Soleh, rokok yang diproduksi ulang menggunakan bahan baku yang berasal dari industri tembakau yang kedaluwarsa. Jika dikonsumsi akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena limbah rokok ini diduga kuat mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). "Ini tentunya sangat merugikan masyarakat sebagai konsumen," kata dia.
Soleh menjelaskan, dalam prakteknya selama ini limbah rokok kedaluwarsa hasil industri perusahaan rokok berskala besar banyak dimanfaatkan kembali oleh perusahaan rokok kecil. "Ini karena aroma serta rasa rokok hasil racikan industri rokok besar telah dikenali oleh masyarakat," ujarnya.
PT Nojorono membantah tuduhan Soleh. Menurut Manajer Primary Process PT Nojorono Dedy Aryanto W., barang bukti yang disebut Soleh berupa satu karung campuran tembakau serta cengkeh yang telah diberi rasa siap pakai itu bukanlah milik Nojorono. "Ini dari aroma saos yang digunakan sebagai campuran bahan baku bukanlah aroma rasa dari perusahaan kami," kata Dedy.
Dia mengatakan, selama ini rajangan tembakau kering dijual bebas dan bisa dibeli oleh siapa saja dan itu merupakan praktek yang dilegalkan pemerintah. Hal ini berbeda jika yang dijual merupakan rajangan tembakau kering yang telah diberi aroma rasa, praktek ini dilarang oleh pemerintah. "Karena bahan campuran saos tersebut juga sebagai identitas dari mana rokok itu berasal," katanya.
Dia menduga ada pihak lain yang sengaja menyebar isu itu untuk kepentingan pribadi. Pasalnya perusahaan rokok terbesar nomor dua di Kudus setelah Djarum itu memiliki produk unggulan sigaret kretek mesin dengan merek dagang Class Mild. "Rasanya tidak logis jika kami perusahaan yang memiliki market bagus, lalu mencoba menjatuhkan diri sendiri. Orang waras tentu enggak mau," ujar Dedy.
0 comments:
POST A COMMENT