Berita Terkait
Merdeka.com - PT
Indosmelt merupakan salah satu perusahaan lokal yang digandeng PT
Freeport Indonesia untuk mengolah bahan mentah dari tambang di Mimika,
Papua Barat. Targetnya, perusahaan anyar ini bisa mengolah 20.000 sampai
30.000 ton konsentrat menjadi emas batangan.
Direktur Utama Indosmelt Natsir Mansyur mengaku, kerja sama dengan
Freeport mencakup pemurnian konsentrat tambang, menjadi emas batangan
dan tembaga katoda.
"Untuk tembaga katoda kita lakukan pemurnian 120.000 ton. Kami juga
akan melakukan pemurnian 20.000 sampai 30.000 ton emas," ujarnya selepas
jumpa pers di Jakarta, Selasa (13/8).
Natsir menjelaskan pihaknya saat ini sudah menyelesaikan studi
kelaikan awal untuk membangun pabrik smelter di Maros, Sulawesi Selatan.
Investasi total mencapai Rp 1,5 miliar didapatkan dari investor luar
negeri. Targetnya, pada 2017, Indosmelt siap mengolah konsentrat dari
Freeport.
"Mudah-mudahan selama tiga tahun kita realisasikan perkembangannya dan dimonitor pemerintah," ungkap Natsir.
Pria yang juga menjadi pengurus pusat Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia ini mengklaim pihaknya mengebut pembangunan smelter
untuk mendukung aturan pemerintah soal hilirisasi.
Natsir menyatakan, tinggal beberapa hal saja yang belum selesai soal
detail pasokan konsentrat dengan pihak Freeport. Freeport Indonesia
selama ini baru bisa mengolah 30-40 persen di perusahaan patungan mereka
bersama Mitsubishi, yakni PT Smelting, yang berlokasi di Gresik.
Sisa 60 persen produksi biji tembaga dan emas, direncanakan akan
diolah dua mitra lain salah satunya yaitu PT Indosmelt. Sementara, mitra
lokal lain perusahaan tambang yang berinduk di Amerika Serikat itu
adalah PT Indovasi Mineral Indonesia.
0 comments:
POST A COMMENT