Sambut MEA, Menristek Dikti siapkan kurikulum dwi bahasa.
Jakarta
- Mencakup area seluas 4,4 juta kilometer persegi, Masyarakat Ekonomi
ASEAN (UE) adalah zona perdagangan bebas terbesar di dunia.
Perbandingannya, luas seluruh kawasan 28 negara anggota Uni Eropa (UE)
adalah 4,32 kilometer persegi. Pasar memang lebih luas, tapi apa
nilainya lebih tinggi? Tidak juga.
Produk domestik bruto dari sekitar 625 juta penduduk dalam MEA pada
2015 adalah US$ 2,6 triliun. Masih jauh dibanding total produk domestik
bruto sekitar 508 penduduk Uni Eropa yang tahun lalu mencapai US$ 18,49
triliun.
Sama-sama zona pasar bebas, MEA punya perbedaan mendasar dengan Uni
Eropa. Di Benua Biru, Uni Eropa punya Euro sebagai mata uang tunggal
yang tidak dimiliki MEA. Selain itu, bergabung ke Uni Eropa berarti
masuk ke sebuah unit ekonomi tanpa bea cukai dan kuota bagi sesama
anggota. Uni Eropa juga punya struktur tarif tunggal yang berlaku untuk
perdagangan dengan dunia luar. Sementara di MEA, meski bea masuk
diminimalisir dan bursa tenaga kerja dibuka untuk sesama anggota, tiap
negara masih punya otoritas sendiri dalam perdagangan negara
non-anggota.
MEA efektif berlaku tahun ini. Apakah itu berarti produk-produk
negara tetangga akan menyerbu kita. Menteri Perdagangan Thomas Trikasih
Lembong dalam beberapa kesempatan menyatakan hal itu tak akan terjadi.
“Terus terang MEA sudah mulai dua tahun lalu, barang-barang sudah bebas
tarif, bebas hambatan,” katanya dalam Apindo CEO's Gatherhing di Hotel
JS Luwansa, Jakarta, akhir Desember 2015 lalu.
Mulai 1 Januari 2010, bea masuk 0 persen sudah diterapkan untuk lebih
dari 99 persen pos tarif di kelompok ASEAN 6 (Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Ronde berikutnya,
pada akhir tahun lalu, penghapusan bea masuk juga dilakukan negara
anggota ASEAN 4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam). Sementara
penghapusan hambatan perdagangan yang sifatnya non tarif seperti kuota
dan standar pun mulai berlaku namun belum menyeluruh.
Bagaimanapun, masih banyak tantangan yang dihadapi pengusaha dalam
negeri. Di sektor tekstil misalnya, alih-alih berpikir ekspansi, mereka
masih dipusingkan oleh tarif listrik dan upah buruh yang makin hari
makin tinggi. “Padahal kita berebut pasar dengan Vietnam,” kata Ketua
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Kamis 7 Januari
2016.
Toh, ada saja cerita sukses terdengar di telinga. “Alfamart itu sudah
punya seratusan gerai di Filipina,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Ritel
Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mendey, Rabu, 6 Januari 2016. Beberapa
waralaba lain seperti J-Co dan Es Teler 77 juga sudah merambah pasar
Malaysia, Singapura dan Filipina.
Di luar itu, MEA juga berarti pasar bebas jasa. Dalam Mutual
Recognition Arrangement (MRA) di antara negara anggota ASEAN, MEA akan
membuka pergerakan tenaga kerja terdidik. Ada delapan profesi yang sudah
disepakati dalam perjanjian tersebut yakni insinyur, arsitek, dokter,
dokter gigi, perawat, surveyor, akuntan dan pekerja wisata.
Waktu akan membuktikan, apakah kita akan menyerbu atau diserbu.
0 comments:
POST A COMMENT